BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Thursday, April 22, 2010

Biodata Saidina Uthman Bin Affan

Utsman bin Affan (sekitar 574 –656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakanKhulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW.

Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.

Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.

Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.

Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.

Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.

Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Suasana sempat tegang ketika Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan – bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad SAW. Hasil perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah.

Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.
Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum.

Sebagai Contoh :

Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Masa Kekhalifahan

Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.

Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.

Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.

Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.

Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.

Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.

Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :

Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini.Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman

Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.

Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.

Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.

Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.

Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :

Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”

Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.

Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.

Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Wallahu A’lam.

Khalifah Othman b Affan - Khalifah Ketiga, Malaikat Berasa Malu Kepadanya

Khalifah Uthman merupakan khalifah Islam yang ketiga selepas Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Umar al-Khattab. Beliau dilantik menjadi khalifah melalui persetujuan orang ramai.

Nama beliau sebenarnya ialah Uthman b. ‘Affan b. Abul-As yang mana beliau dilahirkan ketika Baginda Nabi Muhammad SAW berumur 5 tahun. Uthman merupakan seorang bangsawan dari golongan Quraish dari Bani Ummayah.
Beliau terkenal sebagai seorang yang lemah lembut, pemurah dan baik hati. Beliau merupakan salah seorang dari saudagar yang terkaya di Tanah Arab, sehingga beliau digelarkan dengan gelaran “al-Ghani”. Selepas memeluk Islam beliau banyak mendermakan hartanya ke arah kepentingan agama Islam, sebagai contohnya dalam peperangan Tabuk, beliau telah mendermakan hartanya iaitu 950 ekor unta, 50 ekor kuda dan 1000 dinar. Begitu juga ketika umat Islam berhijrah ke Madinah, umat Islam menghadapi masalah untuk mendapatkan air minuman. Oleh itu Saidina Uthman telah membeli telaga Ruma dari seorang Yahudi dengan harga 20 000 dirham untuk digunakan oleh umat Islam dengan percuma.

Saidina Uthman bin Affan ra adalah seorang yang bertaqwa dan bersikap wara’. Tengah malamnya tak pernah disia-siakan. Beliau memanfaatkan waktu itu untuk mengaji Al-Quran dan setiap tahun beliau menunaikan ibadah haji. Bila sedang berzikir dari matanya mengalir air mata haru. Beliau selalu bersegera dalam segala amal kebajikan dan kepentingan umat, dermawan dan penuh belas kasihan. Khalifah Uthman telah melaksanakan hijrah sebanyak dua kali, pertama ke Habasyah, dan yang kedua ke Madinah."
Beliau digelarkan sebagai “Zunnurain” yang bermaksud dua cahaya kerana menikahi dua orang puteri Rasulullah iaitu Ruqayyah dan Ummi Kalthum. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah SAW telah menikahkan beliau dengan puteri Baginda iaitu Ummi Kalthum. Uthman berkahwin sebanyak 7 kali lagi selepas kematian Ummi Kalthum dan seluruh anaknya berjumlah seramai 16 orang. Isterinya yang terakhir ialah Nailah binti Furaifisha.
Beliau dilantik menjadi khalifah selepas kematian Khalifah Umar ra yang ditikam. Beliau dilantik menjadi khalifah pada tahun 23 Hijrah oleh jawatankuasa yang ditubuhkan oleh Khalifah Umar al-Khattab ra.

Kepimpinan Dan Sejarah Pentadbiran

Ahli sejarah telah membahagikan tempoh pemerintahan Khalifah Uthman selama 12 tahun kepada dua bahagian iaitu pertamanya zaman atau tahap keamanan dan keagungan Islam, manakala yang keduanya pula ialah tahap atau zaman “Fitnatul-Kubra” iaitu zaman huru hara.

Zaman Keamanan Dan Keagungan Islam

Banyak jasa-jasa dan juga kejayaan yang telah dilakukan oleh Khalifah Uthman dalam menyebar dan memperkembangluaskan Islam. Ini termasuklah kejayaannya dalam:


1. Bidang Ketenteraan

Khalifah Uthman banyak melakukan perluasan kuasa terhadap beberapa buah negara dalam usahanya menyebarkan Islam, ini dapat dilihat pada keluasan empayar Islam yang dapat mengatasi keluasan empayar Rom Timur dan juga empayar Parsi pada zaman kegemilangan mereka. Antara wilayah baru yang telah berjaya ditakluki ialah Cyprus, Afganistan, Samarqand, Libya, Algeria, Tunisia, Morocco dan beberapa buah negara lagi. Beliau juga bertanggungjawab dalam menubuhkan angkatan tentera laut Islam yang pertama bagi menjamin keselamatan dan melakukan perluasan kuasa. Banyak negara-negara yang telah dibuka melalui angkatan tentera ini.

2. Pembukuan Al-Quran

Perluasan kuasa telah menyebabkan penyebaran Islam terjadi secara meluas. Apabila ramainya orang-orang yang memeluk Islam sudah tentu banyaknya perbezaan antara sesuatu wilayah dengan wilayah yang lain dari segi mereka mempelajari Islam. Apa yang paling ketara sekali ialah dalam masalah mereka mempelajari al-Quran. Banyak terdapatnya perbezaan bacaan yang membawa kepada salah bacaan antara satu tempat dengan tempat yang lain. Dengan keadaan ini banyak terjadinya salah faham dan saling tuduh menuduh sesama orang Islam dalam menyatakan siapakah yang betul pembacaannya.

Oleh itu Khalifah Uthman telah mengadakan satu naskhah al-Quran yang baru yang mana ianya digunakan secara rasmi untuk seluruh umat Islam. Khalifah Uthman telah menggunakan lahjah Bahasa Quraish dan yang mana al-Quran yang berbeza telah dibakar. Al-Quran inilah yang digunakan hingga kehari ini yang mana ianya dikenali dengan nama Mushaf Uthmani. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjamin kesucian al-Quran sebagai sumber perundangan Islam.


3. Pembesaran Masjid Nabaw
Masjid Nabawi telah menjadi padat kerana dipenuhi dengan jemaah yang semakin ramai, Oleh itu Khalifah Uthman telah membesarkan masjid tersebut dengan membeli tanah bagi memperluaskan kawasan tersebut. Masjid tersebut telah diluaskan pada tahun 29 Hijrah.


4. Menyebarkan Dakwah Islam

Khalifah Uthman sering berdakwah di penjara dan beliau berjaya mengislamkan ramai banduan. Beliau juga banyak mengajar hukum-hukum Islam kepada rakyatnya. Ramai pendakwah telah dihantar keserata negeri bagi memperluaskan ajaran Islam. Beliau juga telah melantik ramai pengajar hukum Islam dan juga melantik petugas khas yang membetulkan saf-saf sembahyang. Beliau juga banyak menggunakan al-Quran dan as-Sunah dalam menjalankan hukum-hukum.


Al-Fitnah al-Kubra (Zaman Fitnah)
Pada akhir tahun 34 Hijrah, pemerintahan Islam dilanda fitnah. Sasaran fitnah tersebut adalah Saidina Uthman ra hingga mengakibatkan beliau terbunuh pada tahun berikutnya.
Fitnah yang keji datang dari Mesir beru tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh orang-orang yang datang hendak umrah pada bulan Rajab.


Saidina Ali bin Abi Thalib ra bermati-matian membela Saidina Uthman dan menyangkal tuduhan mereka. Saidina Ali menanyakan keluhan dan tuduhan mereka, yang segera dijawab oleh mereka, “Uthman telah membakar mushaf-mushaf, shalat tidak diqasar sewaktu di Makkah, mengkhususkan sumber air untuk kepentingan dirinya sendiri dan mengangkat pejabat dari kalangan generasi muda. la juga mengutamakan segala fasilitas untuk Bani Umayyah (golongannya) melebihi orang lain.”


Pada hari Jumaat, Saidina Uthman berkhutbah dan mengangkat tangannya seraya berkata, “Ya Allah, aku beristighfar dan bertaubat kepadaMu. Aku bertaubat atas perbuatanku. ”


Saidina Ali ra menjawab, “Mushaf-mushaf yang dibakar ialah yang mengandungi perselisihan dan yang ada sekarang ini adalah yang disepakati bersama keshahihannya. Adapun shalat yang tidak diqasar sewaktu di Makkah, adalah kerana dia berkeluarga di Makkah dan dia berniat untuk tinggal di sana. Oleh kerana itu shalatnya tidak diqasar. Adapun sumber air yang dikhususkan itu adalah untuk ternak sedekah sehingga mereka besar, bukan untuk ternak unta dan domba miliknya sendiri. Umar juga pernah melakukan ini sebelumnya. Adapun mengangkat pejabat dari generasi muda, hal ini dilakukan semata-mata kerana mereka mempunyai kemampuan dalam bidang-bidang tersebut. Rasulullah SAW juga pernah melakukan ini hal yang demikian. Adapun beliau mengutamakan kaumnya, Bani Umayyah, kerana Rasulullah sendiri mendahulukan kaum Quraish daripada bani lainnya. Demi Allah seandainya kunci syurga ada di tanganku, aku akan memasukkan Bani Umayyah ke syurga.”


Setelah mendengar penjelasan Ali ra, umat Islam pulang dengan rasa puas. Tetapi para peniup fitnah terus melancarkan fitnah dan merencanakan makar jahat mereka. Di antara mereka ada yang menyebarkan tulisan dengan tanda tangan palsu dari pada sababat termuka yang menjelek-jelekkan Uthman. Mereka juga menuntut agar Uthman dibunuh.
Fitnah keji pun terus menjalar dengan kejamnya, sebahagian besar umat termakan fitnah tersebut hingga terjadinya pembunuhan atas dirinya, setelah sebelumnya terkepung selama satu bulan di rumahnya. Peristiwa inilah yang disebut dengan “Al-Fitnah al-Kubra” yang pertama, sehingga merobek persatuan umat Islam.
Saidina Uthman ra syahid dibunuh oleh pemberontak-pemberontak yang mengepung rumahnya. Pada tanggal 8 Zulhijah 35 Hijriah, Uthman menghembuskan nafas terakhirnya sambil memeluk al-Quran yang dibacanya. Sejak itu, kekuasaan Islam semakin sering diwarnai oleh titisan darah. Pemerintahannya memakan masa selama 12 tahun, yang mana ianya merupakan pemerintah yang paling lama dalam pemerintahan Khulafa ’ ar-Rasyidin.

Saidina Uthman bin Affan

Di zaman kebangkitan Islam dahulu terdapat beberapa sahabat yang terkenal kerana banyak mengorbankan harta-benda dan kekayaannya untuk membela Agama Allah. Salah seorang di antara mereka yang paling terkemuka sekali ialah Saiyidina Uthman Bin Affan R.A. Selain daripada beliau ialah Saiyidina Abu Bakar Al Siddiq, Abdul Rahman Bin Auf dan lain-lain lagi. Apatah lagi memang Saiyidina Uthman R.A. baik sebelum memeluk Islam mahupun setelah Islam, merupakan satu-satunya tokoh saudagar dan peniaga yang paling berjaya sekali. Dialah sahabat Rasul yang banyak mengorbankan harta-bendanya bagi menegakkan perjuangan Islam.

Saiyidina Uthman Bin Affan R.A. adalah Khalifah Islam yang ketiga sesudah Saiyidina Umar Al Khattab R.A. Beliau telah memerintah Kerajaan Islam hampir sebelas tahun lamanya dan tahun Masihi 644 hingga 655 Masihi. Beliau memperoleh gelaran "Zun Nurain yang ertinya yang memiliki dua cahaya. Sebabnya ialah kerana Rasulullah s.a.w. telah mengahwinkannya dengan dua orang puterinya iaitu yang pertama kali dengan Rugayyah dan sesudah wafatnya semasa Perang Badar, maka Rasulullah s.a.w. telah mengahwinkannya pula dengan Kalthum. Demikian besarnya kecintaan dan penghormatan Rasulullah s.a.w. terhadap Saiyidina Uthman R.A. Tatkala isterinya yang kedua itu pula meninggal, Rasulullah s.a.w. telah berkata kepadanya, "Jika ada anak perempuanku lagi hai Uthman, tentu engkau ku ambil sebagai menantu.

Sahabat besar ini termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Beliau datangnya dan suku atau puak Quraisy yang paling keras sekali tentangannya terhadap agama Islam dan Rasulullah s.a.w., iaitu puak Umaiyah. Menurut catatan sejarah, Saiyidina Uthman Bin Affan termasuk orang kelima diajak oleh Saiyidina Abu Bakar Al Siddiq untuk memeluk Islam. Setelah memeluk Islam, Uthman R.A. termasuk orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah s.a.w. kerana kemuliaan dan kehalusan budipekertinya. Memang sesungguhnya Saiyidma Uthman Bin Affan R.A. terkenal sebagai seorang sahabat yang sangat tinggi budiperkertinya, sangat penyantun, lemah lembut lagi pemalu. Sebagai memperlihatkan kecintaan dan penghargaan Rasulullah s.a.w. kepadanya itulah maka beliau telah menjadi pilihan baginda untuk dikahwinkan dengan puteri-puterinya seorang demi seorang selepas meninggal seorang lepas satunya. Sebagai memuji keluhuran budi akhlaknya itulah Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepadanya, "Malaikat sangat malu kepadamu hai Uthman. Memang Rasulullah s.a.w. biasanya tidak keberatan menerima kedatangan para sahabatnya dalam berpakaian yang biasa sahaja, tetapi apakala diketahui bahawa Saiyidina Uthman R.A. akan datang mengunjunginya, maka baginda pun mengenakan pakaiannya yang sewajarnya sebagai menghormati sahabatnya yang disegani sendiri oleh para malaikat.

Dalam suatu riwayat lain adalah dikisahkan bahawa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda, "Saya bermohon kepada Tuhanku supaya tidak ada seorangpun yang pernah menjadi menantuku atau menjadi mertuaku dimasukkan ke dalam neraka. Hal yang demikian itu tercapai oleh Saiyidina Uthman R.A. kerana Rasulullah s.a.w. pernah bersabda, "Tiap-tiap Nabi mempunyai teman, dan Uthman adalah temanku di dalam syurga.

Ketika suasana pergolakan di Mekah menjadi tegang dan meruncing disebabkan kaum musyrikin Quraisy melakukan tekanan yang hebat terhadap kaum Muslimin, Saiyidina Uthman termasuk orang-orang yang turut melakukan hijrah ke Abyssinia. Saiyidina Uthman R.A. berserta isterinya adalah termasuk rombongan yang menjalankan hijrah yang bersejarah itu. Beliau tidak pernah memikirkan kerugian perniagaannya yang ditinggalkannya itu kerana beliau sedar bahawa hijrah tersebut adalah termasuk dalam usaha untuk menegakkan agama Allah. Sekembalinya beliau dan Abyssinia, beliau pun tinggallah di kota Mekah buat sementara waktu. Kemudian beliau telah melakukan hijrah pula ke Madinah untuk menyusul Rasulullah s.a.w. yang telahpun lebih dahulu berhijrah di kota tersebut.

Setelah berada di Madinah, Saiyidina Uthman R.A. pun mulalah menjalankan usaha perniagaannya hingga beliau berjaya menjadi saudagar yang kaya. Namun demikian beliau tidak teragak-agak sedikitpun bagi mempergunakan seluruh kekayaan dan harta bendanya bagi menyahut seruan jihad bagi menegakkan kesucian Islam. Sebagai seorang sahabat besar, banyak sekali pengorbanan Saiyidina Uthman Bin Affan terhadap Islam. Di zaman permulaan perjuangan Islam di Madinah, pernah kaum Muslimin menghadapi kekurangan air, lalu Saiyidina Uthman Bin Affan telah membeli sebuah kolam yang bernama Bir Ruma dan seorang Yahudi. Pada saat itulah Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barangsiapa yang antara kamu yang membeli sumur Ruma lalu dijadikannya wakaf bagi keperluan kaum Muslimin serta ia menimba air sumur tersebut maka orang yang berbuat demikian itu Allah akan menyediakan tempat minuman baginya dalam syurga. Begitu juga tatkala Masjid Madinah rnenjadi terasa sempit sebab semakin banyaknya orang yang bersyalat di dalamnya, maka dengan spontan Saiyidina Uthman membeli lima rumah yang sederet di samping masjid untuk dibongkar, kemudian dibangunkan tambahan masjid agar menjadi lebih luas dan besar lagL

Selain daripada pengorbanan harta benda, Saiyidina Uthman Bin Affan R.A. juga adalah sahabat yang paling banyak membantu Rasulullah s.a.w. dalam berbagai masalah. Beliau adalah salah seorang penulis wahyu dan juga pernah menjadi utusan Rasul untuk menemui kaum Quraisy pada tahun keenam hijrah. Disebabkan besarnya pengorbanannya terhadap Islam maka tidaklah menghairankan kiranya beliau tergolong salah seorang yang paling diridhai oleh Rasulullah s.a.w. pada waktu wafat baginda.

Selain memiliki sifat pemalu, Saiyidina Uthman R.A. ialah seorang sahabat akrab Rasulullah s.a.w. yang masyhur dengan sifat waraknya, kuat beribadat dan amat taqwa kepada Allah, dia mengerjakan segala perintah Allah dan sekali-kali tidak melanggar larangan Allah. Pada tiap-tiap tahun beliau menunaikan ibadah Haji dan dalam sepanjang tahun pula beliau berpuasa setiap hari kecuali pada hari-hari yang ditegah berpuasa. Beliau sangat mengambil berat terhadap kaum keluarganya dan sangat bertimbangrasa dan kasih mesra kepada mereka. Beliaulah juga seorang sahabat yang sangat pemurah dan sangat takut akan kemurkaan Allah, bila beliau mendengar bacaan Qur'an darihal azab api neraka maka air matanya bercucuran keluar oleh rasa takutnya.

Khalifah Uthman Bin Affan R.A. telah dipilih sebagai Khalifah apabila wafatnya Saiyidina Umar Ibnul Khattab apakala beliau menyatakan kesanggupannya secara tegas kepada AbduIl Rahman Bin Auf yang bertindak sebagai formatir. Beliau ialah seorang sahabat yang tua tatkala dilantik menjadli Khalifah iaitu ketika berumur 70 tahun. Beliau seorang yang bersifat lemah lembut, tidak gemar menggunakan kekerasan dalam menjalankan pemerintahannya, hal ini berbeza sekali dengan Saiyidina Abu Bakar dan Saiyidina Umar R.A. yang menjadi Khalifah sebelum daripadanya, mereka kedua-duanya mempunyai sifat tegas dalam menghadapi sesuatu masalah dalam zaman pemerintahannya. Pada masa zaman pemerintahannya, keadaan pemerintahan Islam dan semasa ke semasa mula menjadi bertambah luas dan mula menempuh satu zaman peralihan dan kehidupan asal orang-orang Arab menuju suatu kehidupan baharu dan pada zamannyalah bermulanya zaman kemewahan hidup yang timbul daripada hasil penaklukan negeri-negeri yang baharu.

Dalam zaman pemerintahannyalah orang-orang Islam mula merasa hidup mewah dan menerima kemakmuran. Mereka yang menghadiri majlis-majlis jamuan Khalifah Uthman pada zaman itu melihat perbezaan besar jika dibandingkan dengan jamuan yang diadakan pada zaman Khalifah Umar. Sebagai seorang Khalifah beliau merasa bahawa rakyatnya berhak menikmati hidup yang makmur itu, tetapi beliau tidak membenarkan kepada orang-orang Islam bersenang-senang dengan nikmat kemakmuran itu hingga melanggar hukum Allah. Pada zaman beliau ramai daripada para sahabat Rasul keluar meninggalkan bandar Madinah hermastautin di wilayah-wilayah yang baharu diperintah oleh pemerintah Islam. Pemergian mereka itu tidak dilarang oleh Saiyidina Uthman. Jikalau pada zaman pemerintahan Khalifah Umar para sahabat tidak dihenarkan keluar dan bermastautin di negeri-negeri yang baharu diperintah oleh orang-orang Islam, tetapi pada zaman Khalifah Uthman R.A. tegahan itu dihapuskan. Saiyidina Uthman tidak begitu mengambil berat terhadap gabenor-gabenor Islam yang memerintah di wilayah-wilayah Islam khususnya mengenai perjalanan mereka, untuk menjaga nama baik mereka dan untuk mengelakkan daripada perkara-perkara yang mungkin menimbulkan fitnah. Berlainan dengan Saiyidina Umar R.A. yang sangat mengambil berat tentang kedudukan wakil-wakilnya yang memerintah.

Pada zaman peinerintahan Saiyidina Uthman Bin Affan inilah mulai timbulnya beberapa masalah yang belum pernah berlaku sebelumnya. Timbulnya peristiwa-peristiwa yang baharu itu bukanlah disebabkan oleh kecuaian Saiyidina Uthman ataupun kerana beliau sengaja meringan-ringankan hukum, bahkan hukuman-hukuman yang sewajarnya tetap dikenakan ke atas siapa juga yang bersalah yang melanggar larangan Agama Islam. Tetapi bagaimanapun percubaan-percubaannya itu tidak menghasilkan hasil yang baik berlainan dengan apa yang dijalankan oleh Saiyidina Umar Ibnul Khattab dalam masa pemerintahannya dan mi menyebabkan fitnah-fitnah makin banyak berlaku antara pihak pemerintah dengan orang ramai.

Satu perkara yang mungkin menjadi punca kelemahan pemerintahan Saiyidina Uthman ialah sifatnya yang mudah dipengaruhi oleh cakap-cakap orang lain terutama oleh kaum keluarganya sendiri. Mereka itu pernah mencampuri urusan pemerintahan terutama salah seorang keluarganya yang hernama Marwan Bin Hakkam. Perbuatannya yang membiarkan keluarganya campur tangan dalam pemerintahan serta perlantikannya ke atas ramai anggota keluarganya dalam pemerintahan itulah yang selalunya menimbulkan rasa tak puashati di kalangan penduduk Madinah khasnya dan rakyat Islam umumnya.

Selain daripada itu ada lagi beberapa perkara yang dilakukan oleh Saiyidina Uthman yang telah menimbulkan rasa tak puashati orang-orang Islam pada masa itu. Salah satu danpada perkara-perkara itu ialah keputusan membenarkan bapa saudaranya Al Hakam Bin Abi Al As dan beberapa orang keluarganya kembali semula ke Madinah, padahal Al Hakam telah dipenintah keluar dari Madinah kenana sikap penmusuhannya terhadap Rasulullah s.a.w. dan Saiyidina Uthman telah merayu kepada Rasulullah pada masa hayatnya lagi meminta baginda membenarkan bapa saudaranya itu kembali tetapi Rasulullah s.a.w. tidak membenarkan permintaannya itu hingga pada zaman Saiyidina Abu Bakar R.A. dan Saiyidina Umar R.A. dia tidak dibenarkan juga kembali. Apabila Saiyidma Uthman dilantik menjadi Khalifah bapa saudaranya itu dihenarkan kembali ke Madinah., bukan setakat itu sahaja namun apabila ia mati kuburnya dibina dengan indahnya dan anaknya yang bernama Al Hanith dilantik pula menjadi pegawai menjaga tempat-tempat perniagaan di Madinah. Sementara perlantikan Saiyidina Uthman ke atas anaknya Al Hakam yang bernama Marwan menjadi sebagai menteni kepadanya itu dikecam hebat juga oleh orang-orang Islam. Beberapa orang sahabat yang terkemuka telah membantah perlantikan itu tetapi tidak dipedulikan oleh Saiyidina Uthman. Mengenai pengkembalian bapa saudaranya ke Madinah, Saiyidina Uthman memberitahu sahabat-sahabatnya bahawa beliau telah memohon persetujuan Rasulullah s.a.w. dan itulah sebabnya beliau berani melakukan demikian.

Selain daripada itu orang-orang Islam merasa tak puas hati juga tenhadap pemecatan yang dilakukan oleh Saiyidina Uthman ke atas pegawai-pegawai yang dilantik pada zaman Saiyidina Umar Ibnul Khattab dan digantikan dengan orang-orang baru dari kaum keluarganya. Perkara-perkara seperti yang tersebut itu berlakunya di Madinah pusat pemerintahan Islam pada masa itu. Sementara di lain-lain wilayah Islam tak sunyi juga daripada adanya golongan-golongan yang menaruh rasa curiga dan tak puas hati terhadap Saiyidina Uthman R.A. Pemenintahan Saiyidina Uthman itu mula menempuh satu percubaan yang besar iaitu dengan tumbuhnya punca fitnah di Madinah yang akhirnya menjalar ke seluruh wilayah-wilayah Islam yang lain. Tatkala itulah seorang musuh Islam bernama Abdullah Bin Saba, seorang Yahudi yang mengaku dirinya memeluk Islam telah membangkitkan kemarahan rakyat terhadap Khalifah Uthman R.A. dengan tujuan untuk memecah belahkan kaum Muslimin sesama sendini.

Seonang sahabat yang tenkenal bennama Abu Zar juga telah menentang hebat pemerintahan Saiyidina Uthman R.A. dengan membuat cabaran ke atas Khalifah itu dan juga ke atas Muawiyah yang pada masa itu sebagai wakil Khalifah memerintah kota Damshik. Di negeri Syam Abu Zar telah termakan hasutan dan Abdullah Bin Saba lalu menentang Muawiyah kerana menurut pendapatnya pernah Mauwiyah mendakwa bahawa harta Baitulmal semuanya adalah kepunyaan Allah bukan kepunyaan onang-orang Islam seolah-olah dia bercadang tidak akan membahagikan harta baitulmal kepada orang ramai. Inilah hasutan yang dibuat oleh Abdullah Bin Saba kepada sahabat tenkenal iaitu Abu Zar yang memang berjiwa militan dan keras itu. Memandangkan bahaya dan pengaruh Abu Zar itulah maka akhinnya Saiyidina Uthman Bin Affan mengambil tindakan untuk mengasingkan Abu Zar Al Ghifari dari orang ramai lalu dibuangnya ke satu tempat bernama Raudah. Di tempat pembuangannya itu beliau terus-menerus juga membuat kecaman ke atas Saiyidina Uthman R.A. hingga akhin hayatnya beliau meninggal dunia pada tahun 31 Hijrah.

Sementara itu kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara gigih oleh Abdullah Bin Saba untuk memecah-belahkan ummat Islam telah mendapat kejayaannya di Mesir, Kufah dan Basrah. Beliau telah benjaya mempengaruhi jiwa orang ramai dengan menyebarkan satu fahaman yang belum pernah dibawa oleh sesiapa sebelum itu bahawa kononnya Nabi Muhammad s.a.w. ada menetapkan seorang penggantinya iaitu Saiyidina Ali Bin Abu Talib R.A. Di Mesir Muhammad Bin Abu Bakar, iaitu anak Khalifah Abu Bakar Al-Siddiq telah menyokong gerakan Abdullah Bin Saba itu kerana didorong oleh pertalian kerabat antaranya dengan Saiyidina Ali R.A. iaitu sebagai anak tiri kepada Saiyidina Ali Bin Abu Talib yang beristerikan balu Saiyidina Abu Bakar R.A. iaitu Asma Binti Umais ibu Muhammad Bin Abu Bakar. Muhammad Bin Abu Bakar menentang keras pemerintahan Saiyidina Uthman kerana sepucuk surat yang dihantar oleh Marwan Bin Hakkam dari Madinah kepada Abdullah Bin Saba, gabenor Mesir menyuruhnya membunuh Muhammad Bin Abu Bakar dan juga membunuh sekelian orang yang menyokong Muhammad sama ada dan golongan Muhajirin ataupun dan Ansar.

Kesudahannya golongan-golongan yang menentang Khalifah Uthman Bin Affan yang datangnya dan wilayah Mesir, Kufah dan Basrah itu membuat satu pakatan menuju Madinah untuk mengemukakan tuntutan-tuntutan meneka kepada Khalifah. Apakala mereka dapati tuntuntan-tuntutan mereka itu tidak dapat ditunaikan sepenuhnya oleh Khalifah maka mereka pun melakukan kepungan terhadap istana Khalifah Uthman Bin Affan. Setelah beberapa hari melakukan kepungan, mereka akhirnya merempuh masuk lalu membunuh Khalifah Uthman Bin Affan yang tenkenal kenana sifat sabar dan santunnya itu. Ketua pemberontakan itu bernama Al Ghiffari telah memukul Saiyidina Uthman dan kemudiannya diiringi pula oleh tetakan dengan pedang dari seorang pemberontak lain, pukulan mana disanggah oleh isteni Saiyidina Uthman bernama Naelah dan kena pada jari tangannya lalu putus. Akhinnya Saiyidina Uthman mati terbunuh pada 35 Zulhijjah tahun 35 Hijrah dan akibat dan kewafatannya itu maka bermulalah babak-babak yang mendukacitakan dalam lembaran sejarah Islam.

Wasiat Saidina Ali

Ketika Saidina Ali r.a. sedang nazak kesakitan, beliau memperbanyakkan membaca zikir ‘la ilaha ilallah’. Di hujung hayatnya, beliau telah memberikan wasiat kepada anak-anaknya, Hasan dan Husain r.a. Wasiat tersebut telah di tulis oleh mereka.

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani

Ini adalah wasiat Ali bin Abu Talib. Dia nak saksi bahawa tidak ada tuhan selain Allah. Tiada sekutu bagiNya. Dan bahawa Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya. Allah mengutuskannya dengan hidayah dan agama yang benar agar agama ini menang ke atas semua agama walau pun dibenci oleh orang-orang musyrik.

“Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya, dan dengan yang demikian sahaja aku diperintahkan, dan aku adalah orang Islam yang awal pertama.” (Al-An’am: 162-163)

Aku mewasiatkan kamu wahai Hasan, semua anak-anakku dan sesiapa sahaja yang sampai kepadanya wasiatku ini agar bertakwa kepada Allah, Tuhan kamu. Jangan sekali-kali kamu mati kecuali kamu Islam. Berpeganglah kepada tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah. Sesungguhnya aku mendengar Abu al-Qasim s.a.w. bersabda: “Hubungan manusia yang baik itu lebih baik dari solat dan puasa keseluruhannya.”

Lihatlah saudara mara kamu dan hubungkan diri kamu dengan mereka agar Allah meringankan hisabNya ke atas kamu. Demi Allah, Allah bersama anak-anak yatim. Jangan biarkan mereka lapar dan jangan cuaikan mereka. Demi Allah, Allah bersama jiran kamu. Sesungguhnya itu adalah wasiat Nabi kamu. Nabi s.a.w. terus menerus memberikan wasiat (agar berbuat baik terhadap jiran) sehingga kami menyangka bahawa jiran akan mewarisi harta. Demi Allah, Allah bersama al-Quran. Jangan orang lain mendahului kamu di dalam mengamalkan al-Quran. Demi Allah, Allah bersama solat. Sesungguhnya solat adalah tiang agama kamu. Demi Allah, Allah bersama rumah Tuhan kamu. Jangan kamu asingkan diri dari rumah Allah selagi kamu masih hidup. Sesungguhnya rumah Allah jika ditinggalkan kamu tidak akan dipandang. Demi Allah, Allah bersama bulan Ramadhan. Sesungguhnya puasa di bulan Ramadhan adalah pelindung dari neraka. Demi Allah, Allah bersama jihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Demi Allah, Allah bersama zakat. Sesungguhnya zakat memadamkan kemurkaan Tuhan. Demi Allah, Allah bersama umat di bawah tanggungan Nabi kamu. Jangan kami menzalimi mereka di hadapan kamu. Demi Allah, Allah bersama sahabat Nabi kamu. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. berpesan kepada kamu agar berbuat baik terhadap mereka. Demi Allah, Allah bersama golongan fakir miskin. Sertakan mereka di dalam kehidupan kamu. Demi Allah, Allah bersama hamba-hamba yang kamu miliki. Sesungguhnya perkara terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah s.a.w. adalah: “Aku berpesan terhadap kamu agar berbuat baik terhadap dua golongan yang lemah; isteri-isteri kamu dan hamba-hamba yang kamu miliki.”

Jagalah solat. Jagalah solat. Jangan kamu takut celaan orang yang mencela dalam menjalankan agama Allah. Cukup Allah bagi kamu untuk melindungi kamu dari orang-orang yang ingin berbuat jahat terhadap kamu dan melakukan perlampauan ke atas kamu. Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah ke atas kamu. Jangan tinggalkan amar makruf dan nahi mungkar. Jika kamu tinggalkan, orang-orang jahat akan menjadi pemimpin kamu dan ketika itu jika kamu berdoa, Allah tidak akan makbulkan.

Hendaklah kamu saling berhubungan dan bekerjasama. Jauhi dari khianat dan berpecah belah. Tolong-menolonglah di dalam perkara-perkara kebaikan dan taqwa. Jangan tolong menolong dalam perkara dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat pedih azabNya. Moga-moga Allah memelihara ahli keluarga Nabi dan memelihara Nabi kamu. Aku tinggalkan kamu dan mendoakan kesejahteraan ke atas kamu. Moga-moga Allah akan merahmati kamu.

Selepas wasiat ini, Saidina Ali r.a. tidak mengucapkan kalimah lain selain ‘la ilaha ilallah’. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir beliau membaca firman Allah:

“maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)! dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)!” (Az-Zalzalah: 7-8)

nasihat rasulullah SAW kepada saidina ali bin abi talib

Ibnu Abbas r.a meriwayatkan bahawa Ali bin Abu Talib berkata : "Pada hari perkahwinan dengan Fatimah, Rasulullah telah bersabda kepadaku dengan mengutarakan tiga belas wasiat khusus untukku: 1. Hai Ali, takutilah engkau daripada memasuki tempat mandi tanpa memakai kain separas pinggang, bahawasanya sesiapa yang memasuki tempat mandi separas pinggang, maka dia mendapat laknat dari jari telunjuk dan di jari tengah. 2. Hai Ali, janganlah engkau memakai cincin di jari telunjuk dan jari tengah, sesungguhnya itu adalah apa yang dilakukan oleh kaum Lut. 3. Hai Ali, sesungguhnya Allah mengagumi hamba-Nya yang melafazkan istigfar "Rabighfirlifainahu layaghfirul-zunuba illa Anta" (Ya Tuhanku ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampunkan dosa melainkan engkau). Lalu Allah berfirman, "Hai malaikat-Ku, sesungguhnya hamba-Ku ini mengetahui bahawasanya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Ku. Hai malaikat-Ku, jadilah saksi bahawasanya Aku telah mengampunkan dia". 4. Hai Ali, takutilah engkau daripada berdusta, bahawasanya berdusta itu menghitamkan muka dan disuratkan oleh Allah sebagai kazzab (pendusta). Dan, bahawasanya benar itu memutihkan muka dan disuratkan oleh Allah sebagai sidiq. Ketahuilah engkau, bahawasanya sidiq (benar) itu berkat dan kazzab (dusta) itu celaka. 5. Hai Ali, peliharalah diri engkau daripada mengumpat dan mengadu domba bahawasanya orang yang berbuat demikian itu diwajibkan ke atasnya seksaan kubur dan menjadi penghalang kepadanya di pintu syurga. 6. Hai Ali, janganlah engkau bersumpah dengan nama Allah, sama ada dusta atau benar kecuali dalam keadaan darurat, dan janganlah jadikan Allah permainan sumpah engkau, sesungguhnya Allah tidak mensucikan dan tidak mengasihani orang yang bersumpah dusta dengan-Nya. 7. Hai Ali, janganlah engkau mencita-citakan rezeki untuk hari esok, bahawasanya Allah Taala mendatangkan rezeki engkau setiap hari. 8. Hai Ali, takutilah engkau daripada berbantah-bantah dan berkelahi dengan maki-hamun dan sumpah seranah, bahawasanya perbuatan itu pada awalnya jahil dan pada akhirnya penyesalan. 9. Hai Ali, sentiasalah engkau bersugi dan mencolek gigi, bahawasanya bersugi itu mensucikan mulut, mencerahkan mata dan diredhai Allah, manakala mencolek gigi itu dikasihi oleh malaikat kerana malaikat amat tidak senang dengan bau mulut kerana sisa-sisa makanan di celah gigi tidak dicolek selepas makan. 10. Hai Ali, janganlah engkau melayani rasa marah, apabila timbul rasa marah, duduklah engkau dan fikirkanlah mengenai kekuasaan dan kesabaran Allah Taala ke atas hamba-Nya, pertahankanlah diri engkau daripada dikuasai oleh kemarahan dan kembalilah engkau kepada kesabaran. 11. Hai Ali, perhitungkanlah (tahassub) kurnia Allah yang telah engkau nafkahkan untuk diri engkau dan keluarga engkau, nescaya engkau perolehi peruntukkan daripada Allah. 12. Hai Ali, apa yang engkau benci pada diri engkau, maka engkau benci juga pada diri saudara engkau dan apa yang engkau kasih pada diri engkau maka engkau kasihkan juga pada diri saudara engkau, yakni engkau hendaklah berlaku adil dalam memberi hukuman, dengan itu engkau dikasihi seluruh isi langit dan bumi. 13. Hai Ali, perbaikkanlah perhubungan di antara penduduk (jiran) sekampung dan di antara ahli rumahmu, hiduplah dengan mereka sekaliannya dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan, nescaya disuratkan darjat yang tinggi bagi engkau. Hai Ali, peliharalah pesanku (wasiatku), engkau akan perolehi kemenangan dan kelepasan, Insya-Allah

20 kata kata hikmat saidina ali

1) perkara yang patut ade pada kepimpinan ialah sikap berlapang dada

2) orang yang bakhil dalam urusan hartanya ialah mereka yang terlalu pemurah dalam menggadaikan maruahnya dirinya

3) orang yang paling jauh bermusafir ialah mereka yang sedang mencari seorang sahabat yang di sukainya

4) seseorang hamba itu begitu jauh dari ALLAH s.w.t apabila ia mementingkan perut dan tuntutan nafsunya

5) takutlah kamu dalam melakukan maksiat kepada makluk ALLAH swt kerana sesungguhnya yang menyaksikan perbuatan tersebut adalah hakimnya

bersambung..

6) memberikan hujjah kepada si jahil adalah mudah pun begitu apa yang susah ialah bagi si jahil tadi menerima hujjah tersebut

7)letakkan rahsiamu pada seseorang individu sahaja manakala mesyuarat hendaklah di maklumkan kepada seribu orang

8)jadikanlah umur ibarat wang yang diberikan kepadamu sekiranya engkau tidak suka apa yang engkau belanjakan hilang begitu sahaja maka hendaklah engkau tidak menghabiskan umur engkau dengan sia-sia

9) orang yang paling jahil dari kalangan orang-orang jahil ialah mereka yang terjatuh ke dalam lubang binatang dua kali

10) orang mukmin yang sebenar tidak akan terkena sengatan binatang yang berada didalam lubangnya dua kali

11) orang yang paling di kasihimu ialah mereka yang paling banyak membantumu sekiranya tiada yang sedemikian maka orang yang paling dikasihimu ialah orang yang paling banyak dibantu olehmu

12)menanggung kemiskinan lebih baik daripada menanggung kehinaan kerana sabar menghadapi kemiskinan ialah sifat mulia redha dengan apa yang ada manakala sabar menghadapi kehinaan adalah suatu kelemahan

13) sanggu menanggung kesusahan adalah kubur sagala keaiban

14) berbuat baiklah kamu kepada keturunan orang lain nescaya terjaga keturunan kamu

15)apabila seseorang mukmin barasa malu kepada saudaranya maka ketahuillah bahawa dia telah berpisah darinya

16)hendaklah engkau memuji sesiapa yang bertindak kasar. tidak beradap sopan denganmu dan menyatakan kesalahanmu dan janganlah engkau memuji sesiapa yang menyatakan kebaikanmu dan yang memujuk rayumu pengampu

17) orang yang paling bodoh ialah apabila diceritakan sesuatu kepadanya maka dia lupa dan apabila dia bercakap maka dia gopoh dalam percakapannya dan apabila dia didorong melakukan keburukan maka dia terus melakukan keburukan tersebut

18) pilihlah untuk menjadi mereka yang kalah sedang engkau adalah seorang yang adil dan janganlah engkau pilih untuk menjadi pemenang sedang engkau adalah zalim

19) cabutlah kejahatan daripada dada (hati) orang lain dengan cara menanggalkan kejahatan daripada dadamu terlebih dahulu

20)menunaikan amanah adalah kunci rezeli

Thursday, April 8, 2010

Saidina Abdul Rahman Bin Auf

Abdul Rahman Bin Auf adaltah salah seorang sahabat Rasulullah yang akrab. Beliau juga adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang terkaya sebagaimana juga halnya dengan Saiyidina Uthman Bin Affan r.a. Menurut ahli sejarah, Abdul Rahman Bin Auf dilahirkan 10 tahun sesudah tahun gajah dan beliau hidup sebagai seorang pemuda Quraisy dikota Mekah yang ketika itu penuh dengan bermacam-macam kemaksiatan jahiliah berupa penyembahan berhala maupun kejahatan-kejahatan lainnya. Namun demikian Abdul Rahman terhindar dan bermacam-macam kejahatan yang berleluasa ketika itu. Bahkan sebelum memeluk agama Islam lagi, Abdul Rahman Bin Auf telah mempunyai anggapan bahawa minuman arak itu adalah terlarang.

Abdul Rahman Bin Auf telah memeluk Islam sebelum Rasulullah s.a.w memasuki Darul Arqam lagi. Dengan hal demikian nyatalah bahawa beliau tergolong orang-orang Islam yang permulaan dan menurut riwayat beliau adalah orang yang 8 dan orang-orang permulaan yang memeluk Islam. Adalah diriwayatkan bahawa ibu Abdul Rahman Bin Auf sesudah mengetahui Abdul Rahman Bin Auf memeluk Islam, iapun berkata kepada anaknya, "Aku akan berjemur dipanas matahari yang terik di waktu siang dan di waktu ma1am yang sejuk aku akan bermalam diruang lapang, hinggalah engkau mengaku akan kembali semula kepada agama nenek moyangmu. Dimikian ibunya mengancam. Sungguhpun begitu Abdul Rahman Bin Auf tetap tegak memeluk ugama suci dan mencintai Rasulullah S.A.W.

Adapun nama asal Abdul Rahman sebelum beliau memeluk Islam ialah Abdul Ka'abah, tetapi kemudian setelah Islam beliau menukar namanya kepada Abdul Rahman. Sebagai seorang sahabat Rasulullah yang akrab, Abdul Rahman mempunyai satu keistimewaan yang khas iaitu berjuang untuk menegakkan ugama Allah bukan saja dengan pedangnya bahkan dengan harta dan kekayaannya. Beliaulah antara para sahabat yang banyak sekali mengorbankan kekayaannya untuk memperjuangkan kepentingan Islam. Abdul Rahman pernah membahagikan dua kekayaannya untuk dibahagikan kepada fakir miskin dan pernah pula menyerahkan seluruh kekayaannya untuk keperluan sabilillah demi menegakkan panji-panji Islam.

Ramai sahabat yang telah memimpin penjuangan Islam dan menyibarkan syiar Islam yang berjuang sebagai panglima atau sebagai pahlawan Islam yang dikenal sejarah, tetapi Abdul Rahman Bin Auf telah melakukan kepahlawanannya dengan jalan menyerahkan seluruh kekayaannya dalam menegakkan Islam.

Sebagai seorang Islam yang permulaan, Abdul Rahman Bin Auf juga telah mengalami berbagai penderitaan dan penyiksaan dari masyarakat Quraish di Mekah. Oleh kerana memandangkan keadaan kaum Muslimin yang sangat sedikit itu sementelahan pula mengalami berbagai macam ancaman maka Rasulullah s.a.w akhirnya telah memerintahkan para pengikutnya supaya melakukan hijrah ke negeri Abbysinia kerana menurut Rasul disana ada sebuah kerajaan yang tidak berlaku zalim terhadap rakyatnya. Tidak lama kemudian maka berangkatlah rombongan pertama yang melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang lelaki dan 4 orang wanita dan 17 wanita serta anak-anak. Dan diantara yang melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang lelaki dan 4 orang wanita lalu disusul dengan rombongan kedua yang terdiri dan 83 lelaki dan 17 wanita serta anak-anak. Dan di antara yang melakukan hijrah tersebut termasuklah Abdul Rahman Bin Auf.

Tidak lama kemudian Abdul Rahman Bin Auf dan beberapa temannya telah kembali ke kota Mekah sehingga sampai pada waktu Allah s.w.t memenintahkan kepada Rasulullah s.a.w untuk melakukan hijrah keYathrib( Madinah) dilakukan Rasulullah sendiri dan para sahabatnya dan diantaranya termasuk juga Abdul Rahman Bin Auf.

Setiba di Madinah sebagaimana yang diperlakukan oleh Rasul terhadap lain-lain sahabat dalam rangka memberikan bantuan, maka Abdul Rahman Bin Auf telah dipersaudarakan oleh Baginda dengan Sa'ad Bin Rabi' seorang daripada golongan Ansar.

Demi kecintaan Saad Bin Rabi' kepada saudaranya dan golongan Muhajirin, beliau telah mengatakan kepada Abdul Rahman demikian antara lainnya, "Saudara, ketahuilah bahawa saya adalah seorang Ansar yang banyak harta, dan kiranya saudara sudi ambillah separuh dan kekayaan saya itu. Saya juga mempunyai dua orang isteri dan kiranya Saudara sudi mana satu antaranya, saya sedia mencaraikannya supaya boleh saudara mengahwininya. Mendengarkan kata-kata sahabatnya itu Abdul Rahman Bin Auf seraya menjawab, "Saudaraku, semoga Allah akan memberikan berkat terhadap keluarga dan hartabenda saudara. Janganlah disusahkan tentang din saya ini, yang penting bagi saya ialah kiranya saudara sudi menunjukkan saya jalan menuju ke pasar.

Sungguh beliau memang seorang pedagang yang berbakat dan pintar. Dalam sekejap masa saja beliau berjaya menunjukkan keahliannya dalam berdagang hingga berjaya memperoleh harta yang banyak. Beliau mempunyai 100 ekor kuda yang dapat dipergunakan dalam peperangan 100 ekor unta dan 10,000 ekor kambing sehingga diwaktu beliau meninggal, tatkala dihitung seperempat dan kekayaannya menyamai jumlah 84 ribu dinar. Akan tetapi disamping kekayaannya yang melimpah-limpah itu, bellau termasuk orang yang paling dermawan dan paling pemurah juga merupakan seorang tokoh sahabat yang paling banyak berbuat kebajikan terhadap kaum fakir miskin.

Pada zaman Rasulullah S.A.W, beliau pernah membahagikan seluruh kekayaannya dan menyerahkan yang sebahagian itu kepada orang-orang yang memerlukannya. Pernah terjadi dalam satu peristiwa, Abdul Rahman Bin Auf mengeluarkan sedekah sekali duduk sebesar 40 ribu dinar, dan pernah ia membiayai peperangan dengan menyediakan perlengkapan sebanyak 500 ekor kuda tempur lengkap dengan senjatanya pakaian makanan untuk dipergunakan oleh para perajurit dan juga dalam waktu yang sama membawa konvoi perbekalan yang diangkut oleh 500 unta.

Memandangkan jasa dan pengorbanan menegakkan Islam dengan hanta kekayaannya Rasulullah S.A.W pernah bersabda, "Abdul Rahinan Bin Auf adalah saudagar Tuhan " sebagai memujinya atas peranannya menegakkan ugama ALlah dengan harta kekayaan. Dalam satu riwayat lain pula Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya mereka yang memelihara keluarga saya setelah saya meninggal dunia adalah manusia yang benar dan manusia yang mempunyai kebajikan. Dalam hal ini Abdul Rahmanlah salah seorang sahabat yang menyahut seruan Rasulullah s.a.w kerana beliaulah yang menyiapkan kemudahan untuk Ummul Mu'minin dalam melakukan ibadah haji dibawah lindungan beliau.

Disamping memiliki kekayaan yang melimpah-limpah beliau adalah seorang yang takut dan benci kepada harta kekayaan dan selalu menghindarkan din dan penganuh kekayaannya. Adalah diriwayatkan bahawa pada suatu han Abdul Rahman Bin Auf menangis tersedu-sedu lalu ia ditanyai orang apakah yang menyebabkan beliau menangis itu, lalu dijawabnya, "Sesungguhnya Mas'ab adalah lebih baik daripadaku kerana ia meninggal dunia di zaman Rasul dan diwaktu meninggal dunia ia tidak memiliki sepotong kain yang dapat dijadikan kafan untuk membungkusnya. Sesungguhnya Hamzah Bin Muttalib adalah manusia yang lebih utama daripada saya padahal ia tidak mempunyai kain yang dapat dijadikan kafan untuk memakamkannya. Saya khuatir saya ini termasuk di antara orang-orang yang dipercepat untuk menikmati kebahgiaan dunia fana ini dan saya khuatir bahawa saya akan tersisih daripada para sahabat Nabi diAkhirat kelak disebabkan kerana saya mempunyai banyak harta. Dalam satu riwayat yang lain pula diceritakan orang bahawa tatkala Abdul Rahman Bin Auf memberikan makanan kepada tamunya beliau tiba-tiba menangis lalu ditanyai orang, "Mengapakah engkau menangis hai Ibnu Auf ?" Ia lalu menjawab, "Nabi telah wafat, sedangkan ia dan keluarganya tidak pernah kenyang oleh roti gandum.

Demikianlah jiwa Abdul Rahman Bin Auf salah seorang sahabat besar Rasulullah. Memandangkan besarnya semangat pengorbanannya itu maka tidaklah hairan kiranya Rasulullah s.a.w mengatakan bahawa Abdul Rahman adalah di antara sepuluh orang yang telah digembirakan oleh baginda Rasul akan memasuki syurga.

Dizaman Khalifah Umar Al Khattab, Abdul Rahman Bin Auf telah memperoleh kehormatan dan keutamaan di sisi Khalifah. Di zaman Khalifah, beliau pernah dilantik oleh Khalifah Umar untuk memimpin rombongan haji pada tahun pertama setelah Saiyidina Umar dipilih sebagai khalifah. Malah beliau jugalah salah seorang yang telah diwasiatkan oleh Khalifah Umar Al Khattab sebelum kewafatan beliau menjadi salah seorang ahli dalam majlis jawatankuasa di antara enam orang anggota bagi memilih calon khalifah yang akan menggantikan baginda. Beliaulah juga tokoh yang mengetuai tugas untuk menentukan siapakah yang bakal menggantikan Khalifah Umar Al Khattab sebagai khalifah ketiga umat Islam yang akhirnya jatuh ketangan Saiyidina Uthman Bin Affan r.a.

Pada tahun 31 Hijrah, setelah menempuh hidup didunia yang fana mi selama 74 tahun, berpulanglah tokoh sahabat besar ini kerahmatullah. Dalam usia 75 tahun. Dan sebelum meninggalnya, Ummul Mu'minin Aisyah telah menawarkan bahawa jika ia menghendakinya akan ditempatkan kuburannya nanti di sisi kuburan Nabi, Abu Bakar dan Umar r.a. Dengan suara yang merendah diri ia menjawab bahawa ia malu jika diberi kedudukan yang sedemikian tingginya untuk berkubur di samping Rasul. Dan ia juga menyatakan bahawa dirinya telah terikat janji dengan Uthman Bin Mazh'un bahawa jika salah satu di antara mereka berdua meninggal dunia lebih dahulu, maka ia akan berkubur di samping kuburan kawannya yang lain. Jenazah beliau telah dikebumikan di Baqi dan disembahyangkan oleh Saiyidina Uthman Bin Affan, Zubair Ibnul Awwam dan lain-lain tokoh sahabat.